Lebaran
Lebaran pun tiba...
Saya menulis posting ini setelah buka puasa terakhir di bulan Ramadhan ini, dari sebuah coffee shop langganan saya, di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.
Setelah saya berfoya-foya sedikit menggunakan THR dan bonus fee dari kantor setelah menjadi sutradara videoklip yang baru saja selesai digarap dan menunggu saat tayang.
Saya sangat bersyukur mendapat rejeki lebih di lebaran tahun ini, dibanding yang sudah-sudah, sehingga saya bisa banyak berbagi kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Walaupun tahun ini puasa saya tidak lengkap, karena ada beberapa hari yang memaksa saya untuk tidak berpuasa karena kondisi pekerjaan yang buat saya terlalu berat utk dijalankan sembari berpuasa.
Seperti yang saya katakan di posting sebelumnya, tahun ini memang puasa yang berat dibanding sebelum-sebelumnya.
Dan hari ini... saya melihat jalanan Jakarta yang begitu lengang... daerah sekitar rumah juga sepi. Toko-toko dan kios rokok sudah tutup. Tempat-tempat yang biasanya ramai beraktifitas kini sepi tanpa nampak ada kegiatan.
Daerah-daerah yang biasa sangat macet kini lancar bukan kepalang.
Terlepas dari kenyamanan dalam perjalanan, kok saya sedikit merasa sedih juga...
Rasanya agak kagok, setelah biasanya sedemikian hiruk-pikuk, kini hening.
Rasanya seperti habis merayakan satu pesta perpisahan yang sangat meriah, kemudian pesta usai dan tamu-tamu pada pulang, menyisakan si tuan rumah sendirian... jadi agak nelangsa juga...
Selain itu, bulan puasa memang selalu menjadi tradisi menyenangkan semenjak saya kecil. Atmosfirnya yang unik, kebersamaan menyambut waktu sahur dan berbuka setiap harinya... tradisi yang menyenangkan.
Saya mungkin melaksanakan puasa hanya karena ingin merasakan dan terlibat atmosfir itu saja, bukan kepada alasan-alasan religius. Saya memang sama sekali bukan orang yang religius. Banyak orang yang tak percaya kalau saya selalu berusaha berpuasa dengan baik setiap tahunnya. Mereka tahu saya tak pernah sembahyang, hampir tak pernah menginjak masjid dalam 12 tahun terakhir (dan saya juga tidak bangga akan hal itu). Itu sebabnya banyak yang mentertawakan saya kalau saya bilang saya sedang puasa.
Yang mereka tidak tahu... memang saya melaksananakannya karena sudah terbiasa. Dan memang manfaatnya ada kok, secara medis (dan tak perlu saya jelaskan di sini) puasa itu baik untuk kesehatan. Dan kalau kita melaksanankannya juga dengan kontrol emosi dan elemen-elemen lain yang konon menjadi pahala puasa, tentu saja memiliki efek baik pula pada pendewasaan emosi kita. Mungkin penjelasan logis tersebut yang membuat saya selalu berusaha berpuasa.
Sementara soal pahala, surga, malam lailatul qodar dan lain-lainnya, itu biar Tuhan saja yang menentukan apakah saya layak atau tidak mendapatnya. Bukan iming-iming itu yang penting buat saya. Tuhan pasti sudah tahu apa-apa saja yang pantas untuk umatnya... yang penting saya berusaha menjadi orang baik saja, karena saya sendiri bisa merasakan senang jika berhadapan dengan orang baik lainnya.
Well hal ini memang bukan argumentasi atau sesuatu yang perlu dijadikan wacana. Kita semua boleh punya sikap masing-masing, dan saya juga tidak merasa benar soal ini. Hehehe...
Tahun ini, saya akan mengambil cuti tambahan. Ini adalah pertama kali saya mengambil cuti, setelah saya 4 tahun bekerja di dua tempat berbeda. Hehehe... memang sudah saatnya.
Akhir kata, saya ingin mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri untuk anda semua yang merayakan.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam kata-kata atau perbuatan saya, disengaja ataupun tidak.
Selamat berlibur...
0 Comments:
Post a Comment
<< Home