Surat Cinta Yang Tak Terkirim
Pelita hatiku...
Mungkin memang namamu...
dan namaku...
Takkan terukir dalam satu prasasti.
Tapi mungkin memang tak perlu begitu.
Mungkin memang satu atau dua mimpi
Cuma muncul jadi elemen dekorasi...
Bukan untuk diwujudkan setengah mati.
Bukankah selalu menyenangkan berandai-andai...
Apa yang disediakan oleh langkah waktu besok,
lusa, atau beberapa tahun lagi?
Tanpa harus jadi sadar dan peduli
apakah memang semua itu layak untuk diperjuangkan?
apakah memang semua itu layak untuk ditunggu?
Kenapa mesti risau?
Maukah kau jadi bodoh bersamaku?
Pelita hatiku...
Apakah kita seringkali terlalu keras berusaha
untuk dikenali dan dimengerti?
Atau kita hanya terjebak dalam persilangan ruang waktu yang canggung?
Apakah aku si orang asing yang gugup di pestamu?
Mungkin kita cuma korban...
dalam satu babak drama komedi yang tak lucu.
Tak usahlah melihat keluar jendela...
Sang waktu baru saja pergi berlibur...
Apakah itu merah noda anggur di gaun putihmu?
Atau cuma noda sesal yang itu-itu lagi?
Jangan pulang dulu, nona...
Berjabat tangan pun kita belum sempat...
Maukah kau jadi bodoh bersamaku?
Pelita hatiku...
Ketika tatap mata kita hanya mampu
untuk saling menyodorkan rahasia ke pangkuan masing-masing...
Perlukah kita buat celah pada hitam tirai jendela?
Akankah cahaya itu akan memaknai ribuan kata yang diam?
Ataukah silaunya cuma menyakitkan mata?
Kesempatan adalah duri pada bunga...
Surga pun cuma pandai menggoda...
Apakah jadi sebuah kebodohan
jika mencurigai datangnya harapan?
Akankah kita menciptakan sejarah?
Atau sejarah menggilas kita remuk redam?
Kenapa mesti risau?
Maukah kau jadi bodoh bersamaku?
Pelita hatiku...
Aku ini cuma perahu kecil..
Yang terapung di samudera tatapmu...
Diombang-ambing ombak senyummu...
Hingga kau damparkan aku di pulau tak bertuan itu...
Jatuh cinta bukanlah peran yang biasa kumainkan
dalam drama besar kehidupan ini...
Namun kau jerat aku memeluk bimbang...
berjalan meraba-raba di lorong gelap...
Apakah kau nanti...
Yang akan menanti di ujung lorong ini?
Jika ya...
lantas...
Maukah kau jadi bodoh bersamaku?
1 Comments:
wonderful.. yet so sad..
:'-)
Post a Comment
<< Home