Hanya Pada Bir Aku Rela Berbagi...
I.
bagaimana lagi bisa kutemukan cara
selain dengan bir dan kata dusta...
untuk bisa luruhkan rasa
yang kian meragi dihantar masa...
Jika ini bukan cinta ternyata...
maka dimana lagi kucari makna...
tentang rindu yang hadir senantiasa
menggoda batin yang rapuh menua?
O, pujaan hati...
andaikan hamba boleh sembunyi...
atau jadi buta, bisu dan tuli...
mungkin takkan jadi serumit ini...
Ah, malam tlah larut ternyata...
sudah habis kaleng bir ketiga...
kau belum mau pergi jua...
Mau apa?
II.
Kau jadikan aku seorang pengecut
tak berani lagi menatap matamu...
tak berani terlalu banyak tegur sapa...
tak berani jadi diri apa adanya...
perasaan yang lepas tak terjaga...
menjelmakan jurang yang mestinya tak ada...
jika cinta hanya jadi tembok saja bisanya...
maka lebih baik cinta itu mati saja.
kau jadikan aku seorang penipu...
bermain watak bagai sandiwara..
dengan pupur dan gincu sembunyikan luka...
siapa membodohi siapa?
rasa ini mau dibawa kemana?
(bunuh saja! bunuh saja!)
III.
O, bodohnya aku masih merindu...
membiarkan hati sesat tak tentu...
Jika cinta adalah batu,
pasti sudah kupahat jadi patungmu...
kuhadiahkan nanti untukmu
lantas dibanting pecah oleh pacarmu...
seperti drama televisi saja...
ah, bir-nya kurang ternyata...
IV.
Rindu di hati berbiak lekas...
beranak-pinak bagai kelinci...
yang cuma jadi pakan serigala.
lantas untuk apa repot mendamba...
jika rindu hanya berbuah sia-sia...
Mari cari warung terdekat...
Siapa tahu masih jual bir disana.
(Jakarta, 20 Juni 2004)
2 Comments:
aku gak doyan bir...
jus jeruk aja yeee...
;p
to bev:
disini mudah sekali cari bir, bev, mulai dari kios rokok, sampai mini mart yg tersebar dimana-mana...
to virzha:
silakan... kalo mau beras kencur juga bole.
thanks for your kind appreciations... :)
Post a Comment
<< Home